PEKANBARU, hitsnasional.com – Direktur Utama Lembaga Pendidikan Wartawan Pekanbaru Journalist Center (PJC), Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H., MT., BNSP., C.PCT., menegaskan bahwa wartawan tidak perlu memohon-mohon untuk dapat bersilaturahmi dengan pejabat.
“Tugas utama wartawan adalah berburu informasi dan menjalankan kewajiban menyajikan berita yang berimbang melalui permintaan konfirmasi,” ujar Wahyudi dalam diskusi bersama sejumlah wartawan di Kafe Kopi Dari Hati, Jalan Pasir Putih, Tanah Merah, Siak Hulu, Kampar, Rabu (23/4) siang.
Diskusi yang berlangsung sekitar dua setengah jam tersebut diinisiasi oleh Pemilik Burkas.id, Ali Amran Piliang, guna mendengarkan pandangan Wahyudi terkait kekecewaan wartawan yang tergabung dalam grup WhatsApp Korem 031/Wira Bima. Kekecewaan itu muncul karena rencana silaturahmi antara insan pers dan Danrem 031/Wira Bima, Brigjen TNI Sugiyono, belum terealisasi.
“Wajar jika rekan-rekan wartawan merasa kecewa. Rencana silaturahmi itu sudah digagas sejak dua bulan lalu,” kata Ali Amran.
Wahyudi menilai, kegiatan seperti silaturahmi atau coffee morning antara pers dan pejabat adalah hal positif. Namun demikian, ia mengingatkan agar wartawan tetap menjaga martabat profesi.
“Kalau ada pejabat yang tidak ingin bersilaturahmi, ya tidak perlu dipaksakan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa prioritas utama wartawan adalah menjalankan tugas jurnalistik sesuai Kode Etik Jurnalistik Indonesia (KEJI). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, kata Wahyudi, memberikan kebebasan kepada wartawan untuk merekonstruksi fakta-fakta guna memperoleh kebenaran informasi.
Semua aktivitas jurnalistik, lanjutnya, harus berpedoman pada KEJI. “Silakan cari informasi tentang kasus apa pun dan siapa pun, tetapi sebelum dimuat, harus ada verifikasi melalui konfirmasi kepada pihak yang diberitakan,” tegasnya.
Wahyudi menyoroti persoalan ketika wartawan tidak lagi aktif mencari informasi di lapangan, baik melalui reportase maupun investigasi.
“Justru dari kemampuan melakukan reportase dan investigasi, nilai seorang wartawan terlihat. Standar kompetensi wartawan ditentukan oleh karya jurnalistiknya,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa wartawan yang hanya mengandalkan siaran pers bersifat seremonial berisiko terjebak dalam rutinitas tanpa nilai tambah yang signifikan. “Nilai materinya pun tidak seberapa, apalagi nilai harga dirinya,” pungkasnya.
Di akhir diskusi, Ali Amran mewakili peserta menyampaikan apresiasi atas kesediaan Wahyudi berbagi wawasan dan pengalaman.
“Kami berharap diskusi seperti ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan menjadi kajian jurnalistik yang lebih mendalam,” harapnya.














