JAKARTA, hitsnasional.com – Pasar aset kripto kembali tertekan pada akhir pekan ini. Data menunjukkan total likuidasi posisi perdagangan mencapai lebih dari US$1,13 miliar atau sekitar Rp19 triliun dalam 24 jam terakhir. Mayoritas likuidasi berasal dari posisi long, menandakan banyak investor optimistis yang terpaksa menutup posisinya akibat penurunan harga.
Berdasarkan catatan CoinGlass, total likuidasi long mencapai US$1,01 miliar. Ethereum (ETH) tercatat menyumbang US$365 juta, sementara Bitcoin (BTC) mencapai US$262 juta. Harga BTC turun sekitar 2% dalam sehari terakhir, sempat diperdagangkan di bawah US$109.400. Sedangkan ETH melemah ke level US$3.900.
Koreksi juga terjadi pada aset kripto lain. Dogecoin (DOGE) turun lebih dari 4%, XRP melemah 4%, dan Solana (SOL) jatuh 5%. Kondisi ini membuat kapitalisasi pasar kripto global turun hampir 3% menjadi US$3,7 triliun.
Wakil Presiden INDODAX Antony Kusuma mengatakan volatilitas tinggi saat ini bisa menjadi peluang bagi investor, terutama mereka yang berorientasi pada investasi jangka panjang.
“Likuidasi besar-besaran bukan hanya risiko, tetapi juga kesempatan membeli di harga rendah. Data on-chain menunjukkan cadangan BTC di bursa turun ke level terendah tahun ini, 2,4 juta BTC. Ini menandakan kepercayaan investor jangka panjang masih solid,” ujarnya, Minggu (28/9/2025).
Antony menambahkan, penurunan harga pasca-pemangkasan suku bunga Federal Reserve merupakan fenomena normal. Biasanya, pasar akan memasuki fase konsolidasi sebelum kembali tumbuh.
Ia juga menekankan pentingnya disiplin dalam pengelolaan risiko di tengah fluktuasi. “Investor perlu memantau pergerakan harga dan memanfaatkan data on-chain untuk menentukan strategi yang tepat,” katanya.
Lebih lanjut, Antony menilai dukungan institusional dan regulasi yang semakin jelas menjadi fondasi kuat bagi pertumbuhan jangka panjang pasar kripto. Menurutnya, potensi BTC bisa mencapai US$125.000 dalam jangka menengah apabila sentimen institusional kembali menguat.
“Diversifikasi portofolio dan manajemen risiko tetap kunci menghadapi kondisi pasar saat ini. Strategi beli bertahap atau dollar cost averaging (DCA) bisa menjadi pilihan bagi investor untuk memanfaatkan momentum harga rendah,” tutup Antony.***














