Example floating
Example floating
Natuna

Protes Tunggakan Pembayaran, Alat Berat Terparkir di Depan Kantor Bakamla Natuna

Admin
16
×

Protes Tunggakan Pembayaran, Alat Berat Terparkir di Depan Kantor Bakamla Natuna

Sebarkan artikel ini

NATUNA(KEPRI), hitsnasional.com –  2 April 2025, Sebuah alat berat jenis beko terparkir di depan pintu masuk kantor baru Badan Keamanan Laut (Bakamla) di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Aksi ini diduga sebagai bentuk protes atas tunggakan pembayaran yang belum diselesaikan oleh kontraktor proyek, PT Teloransi Aceh.

Salah satu pihak yang mengaku belum menerima pembayaran, Ag (inisial), menyebutkan bahwa haknya senilai hampir Rp90 juta masih tertahan. Ia menambahkan bahwa tidak hanya dirinya yang mengalami masalah serupa, tetapi juga beberapa pihak lain.

“Kami sudah menyelesaikan pekerjaan sesuai perjanjian, tetapi pembayaran belum diterima. Ini jelas merugikan kami,” ujar Ag saat diwawancarai di lokasi.

Lebih lanjut, Ag menuding Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek tingkat provinsi, Firdaus Akbar, telah menyalahgunakan wewenangnya. Ia menyoroti kejanggalan dalam pencairan dana proyek yang sudah mencapai 100 persen, meskipun masih ada pekerjaan yang belum rampung. Di antara pekerjaan yang belum selesai adalah pemasangan listrik PLN serta kaca jendela di bagian belakang bangunan.

Merasa dirugikan, Ag menyatakan siap mengambil langkah lebih lanjut, termasuk mendatangi kantor PT Teloransi Aceh di Batam jika haknya tidak segera dipenuhi. “Saya akan menuntut hak saya. Jika perlu, saya akan langsung mendatangi kantor mereka,” tegasnya.

Ag juga mengungkapkan bahwa saat menagih pembayaran, pihak PT Teloransi Aceh hanya memberikan jawaban yang dianggap mengecewakan. “Mereka bilang uangnya sudah habis dan hanya bisa ‘pasang badan’. Saya dipersilakan untuk melaporkan atau melakukan tindakan lain,” ujarnya menirukan respons yang diterimanya.

Selain Ag, seorang pengusaha berinisial LT yang juga merasa dirugikan mengungkapkan bahwa PT Teloransi Aceh masih memiliki utang kepada berbagai pihak dengan total sekitar Rp1,7 miliar. Hutang tersebut mencakup pembayaran kepada toko bangunan, pemasok material, serta pekerja proyek.

LT menyayangkan pencairan dana proyek hingga 100 persen kepada PT Teloransi Aceh, sementara kewajiban mereka terhadap para pemasok dan pekerja masih belum diselesaikan. Ia juga mempertanyakan peran PT Rancang Semesta Nusantara sebagai konsultan proyek, yang turut menandatangani pencairan dana.

“Kami menduga ada permainan dalam proyek ini. Bagaimana mungkin dana bisa dicairkan sepenuhnya, padahal masih ada banyak pekerjaan yang belum selesai?” ujar LT.

Hingga berita ini diterbitkan, media masih berupaya menghubungi pihak terkait, termasuk Dicki Mardiansyah, untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *